Sunday, January 12, 2020

Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi


    
1.      Pengertian  Pengukuran
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurementadalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevadengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam haini pendidik menaksir prestasi siswa dengamembaca atau mengamati apa saja yang dilakukasiswa, mengamati kinerja mereka, mendengaapa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaaangka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturaatau formula tertentu.
Pengukuran (Measurement) merupakaproses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengaangka-angkaPernyataatersebut diperkuat dengan pendapayang menyatakan bahwa pengukuran merupakapemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorangatau suatu obyek tertentu yang mengacpada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli. Dengademikian, pengukuradalam bidang pendidikaberarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu.
2.      Pengertian Penilaian
Menurut Firman (2000:15), penilaian merupakan proses penentuan informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum keputusan. Suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan tes dan non tesPenilaian (assessment) adalah penerapan


berbagacara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didiatau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawapertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitati(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan prosepencariaatau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapamengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahayang telah diajarkaatau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
3.      Pengertian Evaluasi
Evaluasi menurut Firman (2000:18) merupakan penilaian terhadadata yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilaberdasarkahasil pengukuran. Calengosi (1995) juga menyatakabahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.  
Secara garis besar dapadikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatuSelain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, damenyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatikeputusan. Dengademikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002:55).


Arikunto (2003:2) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatayang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Purwanto (2002:58) dalam haini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapaiMenurut Gufron (2010), evaluasi kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan mengenai suatu kurikulum. Evaluasi kurikulum mempersoalkan worth/value dan marit kurikulum yang berlaku.
4.      Karakteristik Instrumen (Assessment)
Instrumeevaluasi belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakapenilaian agar terhindar dari kesalahadan hasil yang tidavalid (tidak sesuai dengan kenyataasebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapamengakibatkan hasil penilaian menjadi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnyaJika terjadi demikian perlu ditanyakapersyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengakaidah-kaidah penyusunan instrumen. (Arikunto, 2003)
Instrumeevaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:
a.       Validitas
Sebuaalat pengukur dikatakan valiapabila alat pengukur tersebut dapat mengukuapa yang hendak diukur secara tepat. Demikian pula dalam alat-alat evaluasi. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut betul-betul dapamengukur hasil belajar. Beberapa macam kriteria validitas, yaitu:
1)      Validitas isi (Content validity)
Pengujiajenis validitas ini dilakukan secara logis dan rasional karena itdisebut juga rational validity atalogical validityBatasan konten validity ini menggambarkasejauh mana tes mampu mengukur materi yang telah


diberikan. Dengan demikian suatu tes hasil belajar disebut memiliki validitas tinggi secara konten, bila tes tersebut sudah dapamengukur sampel yang representatif dari materi pelajaran yang diberikan daperubahan-perubahan perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa.
2)      Validitas ramalan (predictive validity)
Validitas ramalan artinya ketepatan suatu alat pengukur ditinjau dari kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyavaliditas ramalan yang tinggi, apabila hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam tes  tersebut betul-betul meramalkan sukses tidaknya siswa dalam pelajaran-pelajaran yanakan dating. Cara yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya validitas ramalaadalah dengan mencari korelasi antara nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam tes tersebut dengan nilai- nilai yang dicapai kemudian.
3)      Validitas bandingan (Concurent validity)
Kejituan suatu tes dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saaini secara riil. Cara yang digunakan untuk menilai validitas bandingan iangan dengan mengkorelasikan hasil-hasil yang dicapadalam tes tersebut dengan hasil- hasil yang dicapai dalates sejenis yang telah diketahui mempunyai validitas yang tinggi (misalnya tes standar).
4)      Validitas konstruk (Constuct validity)
Yaitu ketepatan suautu tes ditinjau dari susunan tes tersebut. Misalnya kalau kita ingin memberikan tes kecakapan ilmu pasti, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benaakamengukur kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuabahasa karena soal itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang sulit dimengerti.
b.      Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes menunjukaatau merupakan sederajat ketetapan, keterandalan atau kemantapan (the level of consistency) tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data (skor) yang dicapai seseorangapabila tes tersebut diberikan kepadanya pada kesempatan (waktu) yang berbeda., atau dengan tes yang parare(eukivalen) pada waktu yang sama. Atau dengakata lain sebuah tes dikatakan



reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan, keajegan, atau konsisten. Artinyajika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam uruta(ranking) yang sama dalam kelompoknya.
c.       Objektivitas
Haini terutama pada sistem skoringnya, apabila dikaitkan dengareliabilitas maka obyektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoringsedangkan reliabilitas menekankan ketetapadalam hasil tes. Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari sesuatu tes yaitu bentuk tes dan penilaian.
d.      Praktibilitas
1)      Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis, mudah untuk pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang: Mudah dilaksanakannyamisalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
2)      Mudah memeriksanya artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kuncjawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal yang obyektif, pemeriksaaakan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh orang lain.
e.       Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis ialah bahwa pelaksanaates tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyadan waktu yang lama, baik untuk memproduksinya maupun untuk melaksanakadan mengolah hasilnya. Dengan mempertimbangkakriteria-kriteria tersebut, sewajarnya dapat dihasilkaalat tes (soal-soal) yang berkualitas yang memenuhi syarat-syarat dibawah ini :
1)      Shahih (valid), yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai dengan tujuan,
2)      Relevan, dalam arti yang diuji sesuai dengan tujuan yang diinginkan,


3)      Spesifik, soal yang hanya dapat dijawab oleh peserta didik yang betul-betul belajar dengarajin.
4)      Tidak mengandung ketaksaan (tafsiran ganda). harus ada patokan; tugas ditulis konkret. Apa yang harus diminta; harus dijawaberapa lengkap.
5)      Representatif, soamewakili materi ajar secara keseluruhan.
6)      Seimbang, dalam arti pokok-pokok yang penting diwakili, dan yang tidak penting tidak selalu perlu.






Marsigit
Marsigitism
Marsigit Filsafat
Marsigit Filsafat 2019
Marsigit Philosophy

Marsigit Philosophy 2019

No comments:

Post a Comment

Silahkan komentar di sini

THE CONCEPT AND APPLICATION OF “GAME” IN PRIMARY SCHOOL

THE GROUNDED THEORY STUDY: THE CONCEPT AND APPLICATION OF “GAME” IN PRIMARY SCHOOL IN THE INDUSTRIAL ERA 4.0 (KONSEP DAN APLIKASI "PE...